LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI PUERPERAL


INFEKSI PUERPERAL

I.       Definisi
Infeksi puerperal adalah infeksi dari saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi dan meliputi proses infeksi lokal sebagaimana proses yang lebih progesif yang dapat mengakibatkan metritis, endometritis, peritonitis, atau selulitis pelvis (parametritis)

II.    Etiologi
Infeksi puerperal dapat disebabkan oleh :
-          Streptococcus haemolyticus aerobicus
Streptococcus ini merupakan sebab infeksi yang berat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya menular melalui udara (dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain).
-          Staphylococcus aureus
Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum. Staphylococcus banyak ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat.
-          Escherichia coli
Kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing atau rektum dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi tractus urinarius.
-          Clostridium welchii
Infeksi dengan kuman ini, yang bersifat anaerobik jarang ditemukan, akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis.



III. Manifestasi klinik
Tanda dan gejalanya adalah:
-    Malaise, letargi
-    Takikardia
-    Anoreksia, mual/muntah
-    Haus, membran mukosa kering
-    Distensi abdomen, kekauan, nyeri lepas ( peritonitis )
-    Sakit kepala
-    Suhu ≥ 38° C
-    Nyeri lokal, disuria

IV. Patofisiologi
Setiap bagian dari alat reproduksi dihubungkan dengan setiap bagian yang lain dan organisme dapat bergerak dari vagina terus ke serviks, memasuki uterus dan keluar dari tuba falopii untuk menginfeksi ovarium  dan rongga peritoneal. Selain itu, seluruh alat reproduksi terutama yang didukung oleh pembuluh darah selama kehamilan dan setelah melahirkan, pembuluh darah atau limfe bisa membawa infeksi selama tubuh istirahat, yang mana dapat mengakibatkan septikemia yang mengancam kehidupan.
Perubahan fisiologis normal dari kelahiran meningkatkan resiko infeksi. Selama pengeluaran, keasaman vagina berkurang oleh cairan amnion, darah, dan lokhia yang bersifat alkali. Lingkungan yang alkali mendorong pertumbuhan bakteri. Nekrosis dari garis endometrium dan timbulnya lokhia mendukung sebuah lingkungan yang baik untuk pertumbuhan bakteri anaerob. Beberapa laserasi kecil, beberapa dalam ukuran yang sangat kecil sekali terjadi pada endometrium, serviks dan vagina selama persalinan dan memungkinkan bakteri memasuki jaringan. Meskipun uterus bagian dalam tidak steril selama 3-4 minggu setelah persalinan, infeksi tidak berkembang pada kebanyakan wanita, sebagian karena granulosit dalam lokhia dan endometrium mencegah infeksi.

V.     WOC (terlampir 3)

VI. Pemeriksaan Penunjang
- Jumlah sel darah putih (SDP): normal atau tinggi (Total SDP saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
-     Laju sedimentasi darah (LED), dan jumlah sel darah merah (SDM): sangat meningkat pada adanya infeksi
                      -     Hemoglobin / hematokrit(Hb/Ht): penurunan pada adanya anemia
(Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%.)
-     Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau intraserfikal atau drainase luka, pewarnaan gram dari lokhia serviks, dan uterus: mengidentifikasi organisme penyebab
-     Urinalisis dan kultur : mengesampingkan infeksi saluran kemih
-     Ultra sonografi: menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan; melokalisasi abses peritonium
-     Pemeriksaan biomanual : menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis, massa atau pembentuka abses, adanya vena-vena dengan trombosis
       
VII.    Terapi
-          Berikan antibiotika dengan spectrum luas.
-          Lakukan tindakan untuk mempertinggi daya tahan tubuh.
-          Jika terjadi abses lakukan pembukaan jahitan.
-          Transfusi darah bila perlu.



VIII.    Pemeriksaan fisik
1.      Aktivitas/ istirahat
a.      Malaise, letargi
b.      Kelelahan dan / atau keletihan yang terus menerus (persalinan lama)
c.       stressor  pascapartum multiple

2.      Sirkulasi Takikardia dengan berat bervariasi

3.      Eliminasi
a.       Diare mungkin ada
b.      Bising usus mungkin tidak ada bila terjadi paralitik ileus

4.      Integritas Ego: Ansietas jelas (peritonitis)

5.      Makanan/ Cairan : Anoreksia, mual/muntah, Haus, membran mukosa kering, Distensi abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis)

6.      Neurosensoris: sakit kepala, Nyeri/Ketidaknyamanan, Nyeri lokal, disuria, ketidak nyamanan abdomen, Afterpain berat atau lama, nyeri abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan dengan guarding (endrometritis), Nyeri / kekakuan abdomen unilateral / bilateral (salpingitis/ooferitis, parametritis)

7.      Pernapasan: Pernapasan cepat/dangkal (berat/proses sistemik)

8.      Keamanan:
a.       Suhu 100,4 °F (38,0°C) atau terjadi lebih tinggi pada dua hari terus menerus, di luar 24 jam pascapartum, adalah tanda infeksi ; namun suhu lebih tinggi dari 101°F (38,9°C) pada 24 jam pertama menandakan berlanjutnya infeksi
b.      Demam ringan kurang dari 101°F menunjukkan infeksi insisi ; demam lebih tinggi 102°F (38,9°C) adalah petunjuk atau infeksi lebih berat ( mis; selpingitis, parametritis, peritonitis). Dapat terjadi menggigil; menggigil berat/berulang (sering berakir 30-40 mnt), dengan suhu memuncak sampai 104°F, menunjukkan infeksi pelvis, tromboflebitis atau peritonitis.
c.       Melaporkan pemantauan internal, pemeriksaan vagina intrapartum sering, kecerobohan pada tekhnik aseptik. Infeksi sebelumnya, termasuk human immunodeficiency virus.
d.      Pemajanan lingkungan

9.      Seksualitas
a.       Pecah ketuban dini atau lama, persalinan lama  (24 jam atau lebih)
b.      Retensi produk konsepsi, eksplorasi uterus/ pengangkatan plasenta secara manual, hemoragi pascapartum
c.       Tepi insisi mungkin kemerahan, edema, keras, nyeri tekan atau memisah, dengan drainase purulen atau cairan sanguinosa
d.      Subinvolusi uterus mungkin ada
e.       Lokhia mungkin bau busuk, tidak ada bau ( bila infeksi oleh streptokokal beta hemolitik), banyak, atau berlebihan

IX.             Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan komplikasi Infeksi Puerperal

A. Pengkajian
1.      Riwayat kesehatan dahulu
-          Anemia
-          Persalinan traumatic
-          Haemoragik postpartum
-          Premature rupture membrane
-          Kelahiran cesaria
-          Malnutrisi
-          Hematoma
-          Infeksi droplet
-          Sering dikateter
-          Perawatan diri klien yang buruk
-          Lacerasi

2. Riwayat kesehatan sekarang                               
-          Malaise, letargi
-          Takikardia
-          Anoreksia, mual/muntah
-          Haus, membran mukosa kering
-          Distensi abdomen, kekauan, nyeri lepas ( peritonitis )
-          Sakit kepala
-          Suhu ≥ 38° C
-          Nyeri lokal, disuria

3. Riwayat obstetri
-          Pecah ketuban dini atau lama, persalinan lama  (24 jam atau lebih)
-          Retensi produk konsepsi, eksplorasi uterus/ pengangkatan plasenta secara manual, hemoragi pascapartum
-          Tepi insisi mungkin kemerahan, edema, keras, nyeri tekan atau memisah, dengan drainase purulen atau cairan sanguinosa
-          Subinvolusi uterus mungkin ada
-          Lokhia mungkin bau busuk, tidak ada bau ( bila infeksi oleh streptokokal beta hemolitik), banyak, atau berlebihan
-          Seksio cesario

B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
·         Risiko tinggi infeksi b.d kerusakan kulit dan/atau jaringan yang trauma, vaskularisasi tinggi pada area yang sakit, prosedur dan/atau peningkatan pemajanan lingkungan, penyakit kronis, anemia, malnutrisi, imunosupresi dan/atau efek dari obat-obatan yang tidak diinginkan.
·         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic (anoreksia, mual/muntah, pembatasan medis).
·         Nyeri ( akut ) b.d respons tubuh pada agen tidak efektif, sifat infeksi (mis., edema kulit/jaringan, eritema)
·         Risiko tinggi perubahan menjadi orang tua b.d interupsi pada proses pertalian, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan pada kehidupan sendiri.
Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar